Emma Goldman: Perempuan yang Paling Berbahaya

oleh Peter Marshall

Emma Goldman tampil lebih sebagai aktivis ketimbang pemikir. Bagi teori anarkisme, ia telah memberikan kontribusi yang abadi. Ia menegaskan dimensi feminis yang sebelumnya hanya tersirat pada pemikiran Godwin dan Bakunin. Goldman tidak hanya menekankan aspek psikologi pada subordinasi perempuan, namun juga membuat sintesa yang kreatif dari individualisme personal dan komunisme ekonomi. Sebagai orator anarkisme, agitator bagi kebebasan berbicara, pelopor dalam masalah kontrol kelahiran, kritikus bagi Bolshevik dan seorang pembela Revolusi Spanyol, Goldman disebut sebagai satu dari perempuan yang dianggap paling berbahaya pada masanya. Bahkan setelah kematiannya, reputasinya tidak pernah dilupakan orang. Continue reading “Emma Goldman: Perempuan yang Paling Berbahaya”

Tarian Cinta dan Revolusi Emma Goldman

Ini Bukan Revolusiku (Kumpulan Esai Anarko-Feminisme)
Emma Goldman (Penerjemah: Bima Satria Putra)
Pustaka Catut, 2017

Cinta bebas? Seolah cinta adalah sesuatu yang tidak bebas! Manusia telah membeli otak, tetapi jutaan orang di dunia telah gagal membeli cinta. Manusia telah ditundukkan oleh tubuh, tetapi semua kekuatan di bumi belum mampu menaklukkan cinta. Manusia telah menaklukkan seluruh bangsa, tetapi semua pasukannya tidak bisa menaklukkan cinta. Manusia telah dirantai dan terbelenggu semangatnya, ia menjadi benar-benar tak berdaya sebelum cinta mendatanginya. Tinggi di atas takhta dengan semua kemegahan dan kemewahannya untuk dapat memerintah, manusia tetaplah miskin dan terpencil, kecuali jika cinta melewatinya. Dan jika cinta menetap, gubuk termiskin akan bersinar dengan kehangatan, kehidupan, dan warna. Dengan demikian, cinta memiliki kekuatan sihir yang membuat seorang raja menjadi pengemis. Ya, cinta itu bebas, ia dapat tinggal tidak di dalam atmosfer lainnya. Dalam kebebasan, cinta memberikan semuanya sendiri tanpa syarat, berlimpah, dan sungguh-sungguh![1]

Continue reading “Tarian Cinta dan Revolusi Emma Goldman”

Anarko-Feminisme: Menjadi Anarkis Saja Tidak Cukup

oleh Afra Suci

Feminisme dikenal sebagai paham dan gerakan yang memperjuangkan kesetaraan dan hak perempuan dalam berbagai aspek kehidupan (politik, ekonomi, sosial, lingkungan, seksualitas, dan lain-lain). Feminisme meyakini sistem masyarakat yang patriarkal merupakan sumber dari berbagai bentuk penindasan bagi perempuan dan kelompok marjinal lainnya. Patriarki telah menjadi dasar bagi sistem kekuasaan, kontrol, otoritas moral, dan eksploitasi yang berlaku di masyarakat. Sistem tersebut memberikan ruang bagi laki-laki dan suatu kelompok tertentu untuk mendominasi perempuan dan kelompok lainnya. Dominasi inilah yang dilanggengkan dalam berbagai pranata mulai dari negara, agama, ekonomi, adat, hingga keluarga. Continue reading “Anarko-Feminisme: Menjadi Anarkis Saja Tidak Cukup”

Fumiko Kaneko dan Sepi Sebagai Temannya

Belum lama ini, tayang sebuah film yang disutradarai oleh Lee Joon-Ik, film yang berjudul Anarchist from Colony tersebut sedikitnya berhasil menarik perhatian para penggemar film, terutama para anarkis. Film berdurasi 129 menit yang diangkat dari kisah nyata itu menceritakan perjuangan seorang anarkis bernama Park Yeol dan kawan-kawannya yang berasal dari Korea dan tinggal di Jepang, di masa di mana Korea berada di bawah kendali Jepang. Mereka bersama-sama merencanakan sebuah misi rahasia, tak lain, menerror kekaisan Jepang. Continue reading “Fumiko Kaneko dan Sepi Sebagai Temannya”

Feminisme Melawan Kapitalisme

oleh Romina Akemi

Pada tanggal 8 Mei 2017, gabungan kolektif Intersectionality NOW berbasis di LA menyelenggarakan sebuah acara di Women’s Centre for Creative Work yang bertajuk Feminis Melawan Kapitalisme (Feminist Against Capitalism). Para peserta panel termasuk Miranda Sklaroff dari Democratic Socialists of America (DSA) Left Kaaucus, Solîn Bendewa yang merupakan editor untuk platform media sosial The Middle Eastern Feminist, Romina Akemi dari Black Rose Anarchist Federation, dan dimoderatori oleh Karlynne Ejercito dari Jacobin Reading Group. Sklaroff berbicara secara rinci tentang sebuah makalah yang baru-baru ini dia tulis tentang Universal Basic Income (UBI), sebagai tuntutan strategis bagi feminis. Bendewa mendiskusikan pengalaman pengorganisasian mereka dengan Serve the People di LA Timur. Berikut adalah naskah ceramah oleh Romina Akemi yang merupakan pendidik dan militan feminis anarkis di LA dan Santiago, Cile. Continue reading “Feminisme Melawan Kapitalisme”

Hak Pilih Perempuan

oleh Emma Goldman

Kita membanggakan zaman teknologi, ilmu pengetahuan, dan kemajuan. Tapi apakah tidak aneh jika kemudian kita masih percaya dengan fetish?[1] Benar, fetish kita memiliki bentuk dan substansi yang berbeda, namun kekuasaan mereka atas pikiran manusia masih dianggap sebagai bencana bagi orang-orang yang tua. Continue reading “Hak Pilih Perempuan”

Perempuan Merdeka (Mujeres Libres) Spanyol

Waktu baca: 20 menit.

Kondisi mayoritas masyarakat Spanyol diantara tahun 1920’an sampai dengan 1930’an cukup memprihatinkan. Khususnya bagi kaum perempuan, pada masa-masa ini di Spanyol terjadi pembagian gender yang cukup ekstrim. Secara ekonomi kaum perempuan sangat bergantung pada laki-laki, kerja-kerja rumah tangga serta kewajiban untuk mengurus anak menjadi tugas khusus kaum perempuan. Di kota dan di desa upah perempuan lebih rendah dari laki-laki. Sebagai contoh gaji rata-rata perhari pekerja laki-laki dari pagi hingga sore adalah 5 pesetas dan pekerja perempuan hanya setengahnya. Continue reading “Perempuan Merdeka (Mujeres Libres) Spanyol”

Komunisasi, Ketidaksetaraan Gender dan Revolusi Abad 20

oleh Jun Bramantyo

Bukan (hanya) Komunisasi

Saya akan mengatakan di awal, bahwa saya memang enggan untuk berbicara isu-isu gender. Bukan karena saya tidak mempelajari hal tersebut, atau bahkan bukan karena saya tidak mendukung kesetaraan gender. Bukan karena keduanya! Melainkan kita mesti menelaah dengan lebih dalam, bahwa bagaimana mungkin kesetaraan gender bisa terwujud dalam sistem yang secara dasariah memang tidak setara. Continue reading “Komunisasi, Ketidaksetaraan Gender dan Revolusi Abad 20”

Solidaritas AFFC untuk Petani Temon Kulonprogo

Pada pukul 08.00 WIB, Kamis, 28 Juni 2018, ratusan aparat gabungan Polri, TNI dan Satpol PP, mengawal sembilan alat berat yang meratakan lahan pertanian dan pemukiman warga Dusun Sidorejo, Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kulonprogo, Yogyakarta. Sasaran penggusuran dilakukan kepada warga yang menolak pembangunan proyek New Yogyakarta International Airport (NYIA) tanpa syarat. Artinya, warga membela haknya sebagai pemilik sah tanah, meskipun ada penawaran ganti rugi dan pemaksaan Angkasa Pura (AP) 1 yang membeli lewat perantara pengadilan/konsinyasi.

Para warga Temon, khususnya petani perempuan Temon, telah menunjukkan perjuangan yang paling gigih dalam mempertahan ruang hidupnya, terhitung sejak 25 Januari 2011, hingga hari ini. Perampasan lahan tanpa kesepakatan petani, beserta berbagai proyek infrastruktur skala nasional lain yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia menunjukkan perampasan ruang hidup yang massif dan sistematis, mencabut memori kolektif warga atas tanah yang mereka pijak, dan penghancuran hubungan perempuan dengan alam tempat mereka hidup.

AFFC dengan ini menyatakan secara terbuka dukungan dan solidaritas terhadap Petani Temon Kulonprogo dalam menolak proyek NYIA. AFFC juga menyerukan aksi langsung di Temon, Kulonprogo dan solidaritas yang lebih luas lagi secara nasional dan internasional untuk memperkuat perjuangan petani Temon, yang hingga sekarang, masih menghadapi alat berat yang beroperasi di bawah kawalan aparatur negara.

Hancurkan negara dan kapitalisme!

Rajut solidaritas perjuangan perempuan!

Anarki dan Mengasuh Anak

Ketika kita berpikir tentang “kesucian rumah”, sebagaimana banyak teks agama dan pidato politik menyebutnya, pemerintah secara keseluruhan biasanya adalah apa yang sejauh mungkin kita hindari dari apa yang ingin kita cintai dan lindungi. Namun, banyak orang tua yang akan membuktikan pernyataan bahwa pandangan politik mereka mempengaruhi pola asuh mereka, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup besar antara model pengasuhan orang tua yang mengidentifikasi diri sebagai konservatif atau liberal. Continue reading “Anarki dan Mengasuh Anak”