Revolusi Paling Feminis yang Pernah Dilihat Dunia

Womens March di Rojava, 2018.

oleh Carne Ross

Di Rojava, sebuah kelompok anarkis Kurdi yang dipimpin oleh perempuan berada di jantung perjuangan melawan ISIS, dan di belakang pergolakan politik yang menempatkan kesetaraan di depan dan di tengah. Continue reading “Revolusi Paling Feminis yang Pernah Dilihat Dunia”

Anarkis-Feminisme: Makhluk Apa Lagi Itu?

oleh Peggy Kornegger

Sebelas tahun yang lalu, ketika saya masih di sebuah sekolah menengah di kota kecil di Illinois, saya belum pernah mendengar kata “anarkisme” -sama sekali. Yang paling dekat dengan saya adalah mengetahui bahwa anarki berarti “kekacauan”. Mengenai sosialisme dan komunisme, kelas sejarah saya entah bagaimana menyampaikan pesan bahwa tidak ada perbedaan antara mereka dan fasisme, sebuah kata yang mengingatkan Hitler, kamp konsentrasi, dan segala macam hal mengerikan yang tidak pernah terjadi di negara bebas seperti kita. Secara halus saya diajarkan untuk menelan mentah-mentah secara hambar politik tradisional Amerika: moderasi, kompromi, pembatasan, Chuck Percy sebagai anak yang ajaib. Saya belajar dengan baik: butuh waktu bertahun-tahun untuk mengenali bias dan distorsi yang telah membentuk seluruh “pendidikan” saya. “Kisah-Nya” tentang umat manusia (kulit putih) hanya punya arti sebagai berikut; sebagai seorang perempuan, saya terdegradasi sebagai sebuah keberadaan dari tangan kedua. Sebagai seorang anarkis, saya tidak memiliki eksistensi sama sekali. Seluruh bagian dari masa lalu (dan dengan demikian kemungkinan untuk masa depan) telah disembunyikan dari saya. Baru belakangan ini saya menemukan bahwa banyak dari impuls politik saya yang terputus dan kecenderungannya untuk berbagi kerangka umum -yaitu, tradisi pemikiran anarkis atau libertarian. Saya seperti tiba-tiba melihat merah setelah bertahun-tahun mengalami buta warna. Continue reading “Anarkis-Feminisme: Makhluk Apa Lagi Itu?”

Memecah Ombak: Menantang Kecenderungan Liberal dalam Anarkis Feminisme

Baca normal: 20 menit.

oleh Romina Akemi dan Bree Busk

Black Rose Anarchist Federation mengirim delegasi untuk berpartisipasi dalam AFem2014, konferensi anarkis feminisme internasional yang dikembangkan oleh komite anarkis yang berorganisasi di Inggris. Tujuan AFEM2014 adalah untuk menantang seksisme dan bentuk-bentuk penindasan lain dalam gerakan anarkis dan untuk menciptakan “ruang yang lebih aman” untuk memulai diskusi seputar pengalaman individu maupun kolektif yang dapat dilanjutkan ke dalam kerja pengorganisiran. Komite konferensi ini berharap bahwa energi yang dihasilkan oleh acara ini akan (1) menghidupkan kembali anarkis feminisme secara keseluruhan, dan (2) direproduksi sebagai serangkaian konferensi yang berkelanjutan yang akan membuat dampak secara global. Jika dilihat dari perspektif ini, AFem2014 adalah perkembangan politik penting yang menyoroti pertumbuhan anarkisme dan kebutuhan untuk memajukan teori dan praktik feminisme di dalamnya. Namun, delegasi Black Rose meninggalkan AFEM2014 dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, dan yang paling utama adalah, “Apa itu anarkis feminisme?” Continue reading “Memecah Ombak: Menantang Kecenderungan Liberal dalam Anarkis Feminisme”

Feminisme Melawan Patriarkat dan Patriot

oleh Bima Satria Putra

Paling tidak sejak Perang Vietnam, sudah lama rasanya gerakan perempuan secara global tidak tampak anti-patriotik seperti hari ini. Sepanjang bulan Juli ini saja, peran gerakan perempuan dalam penghapusan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) di Amerika sangat besar. Para aktivis perempuan hadir dalam berbagai protes menentang deportasi, menolak pembangunan tembok perbatasan Trump, terlibat dalam berbagai pertempuran jalanan bersama anarkis dan anti-otoritarian lain dalam melawan ultra-kanan, memprotes Islamofobia, serta melakukan aksi langsung di banyak tempat publik, khususnya pendudukan kantor-kantor ICE di berbagai kota besar di perbatasan Amerika-Mexico. Continue reading “Feminisme Melawan Patriarkat dan Patriot”

Lucy Gonzales Parsons

oleh Dwi Nur Akbar

Menantang seksisme pada masanya, Lucy Parson binti Waller, istri salah seorang martir Haymarket, Albert Parsons, adalah salah satu perempuan paling berpengaruh dalam gerakan anarkis maupun buruh Amerika Serikat (AS) di abad ke-19.

Sayangnya, sebagaimana kita tahu, Lucy Parsons yang seorang aktivis afro-amerika pertama dan yang paling penting bagi gerakan kiri AS itu, dokumentasi historis tentang dirinya amatlah minim dijumpai. Sumber yang kredensial barangkali tidak sekaya dan sebanyak bahasan tentang Emma Goldman atau Rosa Luxemburg. Namun bukan berarti sumbangsih dan legasi Lucy kalah penting. Continue reading “Lucy Gonzales Parsons”

Emma Goldman: Perempuan yang Paling Berbahaya

oleh Peter Marshall

Emma Goldman tampil lebih sebagai aktivis ketimbang pemikir. Bagi teori anarkisme, ia telah memberikan kontribusi yang abadi. Ia menegaskan dimensi feminis yang sebelumnya hanya tersirat pada pemikiran Godwin dan Bakunin. Goldman tidak hanya menekankan aspek psikologi pada subordinasi perempuan, namun juga membuat sintesa yang kreatif dari individualisme personal dan komunisme ekonomi. Sebagai orator anarkisme, agitator bagi kebebasan berbicara, pelopor dalam masalah kontrol kelahiran, kritikus bagi Bolshevik dan seorang pembela Revolusi Spanyol, Goldman disebut sebagai satu dari perempuan yang dianggap paling berbahaya pada masanya. Bahkan setelah kematiannya, reputasinya tidak pernah dilupakan orang. Continue reading “Emma Goldman: Perempuan yang Paling Berbahaya”

Tarian Cinta dan Revolusi Emma Goldman

Ini Bukan Revolusiku (Kumpulan Esai Anarko-Feminisme)
Emma Goldman (Penerjemah: Bima Satria Putra)
Pustaka Catut, 2017

Cinta bebas? Seolah cinta adalah sesuatu yang tidak bebas! Manusia telah membeli otak, tetapi jutaan orang di dunia telah gagal membeli cinta. Manusia telah ditundukkan oleh tubuh, tetapi semua kekuatan di bumi belum mampu menaklukkan cinta. Manusia telah menaklukkan seluruh bangsa, tetapi semua pasukannya tidak bisa menaklukkan cinta. Manusia telah dirantai dan terbelenggu semangatnya, ia menjadi benar-benar tak berdaya sebelum cinta mendatanginya. Tinggi di atas takhta dengan semua kemegahan dan kemewahannya untuk dapat memerintah, manusia tetaplah miskin dan terpencil, kecuali jika cinta melewatinya. Dan jika cinta menetap, gubuk termiskin akan bersinar dengan kehangatan, kehidupan, dan warna. Dengan demikian, cinta memiliki kekuatan sihir yang membuat seorang raja menjadi pengemis. Ya, cinta itu bebas, ia dapat tinggal tidak di dalam atmosfer lainnya. Dalam kebebasan, cinta memberikan semuanya sendiri tanpa syarat, berlimpah, dan sungguh-sungguh![1]

Continue reading “Tarian Cinta dan Revolusi Emma Goldman”

Anarko-Feminisme: Menjadi Anarkis Saja Tidak Cukup

oleh Afra Suci

Feminisme dikenal sebagai paham dan gerakan yang memperjuangkan kesetaraan dan hak perempuan dalam berbagai aspek kehidupan (politik, ekonomi, sosial, lingkungan, seksualitas, dan lain-lain). Feminisme meyakini sistem masyarakat yang patriarkal merupakan sumber dari berbagai bentuk penindasan bagi perempuan dan kelompok marjinal lainnya. Patriarki telah menjadi dasar bagi sistem kekuasaan, kontrol, otoritas moral, dan eksploitasi yang berlaku di masyarakat. Sistem tersebut memberikan ruang bagi laki-laki dan suatu kelompok tertentu untuk mendominasi perempuan dan kelompok lainnya. Dominasi inilah yang dilanggengkan dalam berbagai pranata mulai dari negara, agama, ekonomi, adat, hingga keluarga. Continue reading “Anarko-Feminisme: Menjadi Anarkis Saja Tidak Cukup”

Fumiko Kaneko dan Sepi Sebagai Temannya

Belum lama ini, tayang sebuah film yang disutradarai oleh Lee Joon-Ik, film yang berjudul Anarchist from Colony tersebut sedikitnya berhasil menarik perhatian para penggemar film, terutama para anarkis. Film berdurasi 129 menit yang diangkat dari kisah nyata itu menceritakan perjuangan seorang anarkis bernama Park Yeol dan kawan-kawannya yang berasal dari Korea dan tinggal di Jepang, di masa di mana Korea berada di bawah kendali Jepang. Mereka bersama-sama merencanakan sebuah misi rahasia, tak lain, menerror kekaisan Jepang. Continue reading “Fumiko Kaneko dan Sepi Sebagai Temannya”

Feminisme Melawan Kapitalisme

oleh Romina Akemi

Pada tanggal 8 Mei 2017, gabungan kolektif Intersectionality NOW berbasis di LA menyelenggarakan sebuah acara di Women’s Centre for Creative Work yang bertajuk Feminis Melawan Kapitalisme (Feminist Against Capitalism). Para peserta panel termasuk Miranda Sklaroff dari Democratic Socialists of America (DSA) Left Kaaucus, Solîn Bendewa yang merupakan editor untuk platform media sosial The Middle Eastern Feminist, Romina Akemi dari Black Rose Anarchist Federation, dan dimoderatori oleh Karlynne Ejercito dari Jacobin Reading Group. Sklaroff berbicara secara rinci tentang sebuah makalah yang baru-baru ini dia tulis tentang Universal Basic Income (UBI), sebagai tuntutan strategis bagi feminis. Bendewa mendiskusikan pengalaman pengorganisasian mereka dengan Serve the People di LA Timur. Berikut adalah naskah ceramah oleh Romina Akemi yang merupakan pendidik dan militan feminis anarkis di LA dan Santiago, Cile. Continue reading “Feminisme Melawan Kapitalisme”