Femicide: Masihkah Perjuangan Perempuan Berharap pada “Kebaikan” Negara?

oleh Toety Kilwouw

“Sejak dimulainya tanah air modern (negara-bangsa), perempuan telah terjajah. Artinya, negara-bangsa memungkinkan pengontrolan seksualitas, fertilitas dan kemampuan atau tenaga kerja mereka. Tanpa terjadinya kolonisasi ini, baik kapitalisme maupun negara-bangsa tidak akan bisa dipertahankan”—Maria Mies.[1]

Adalah EM, seorang alumnus UGM Yogyakarta, ditemukan tewas berbalut sajadah setelah sebelumnya diperkosa. Lalu pada Juni 2013, NH, mahasiswa pascasarjana di Makassar dibunuh oleh rekan kerjanya dengan 49 tusukan diselingi tindak pemerkosaan saat korban terkulai lemah. Masih ada EL di Denpasar, bocah perempuan yang diperkosa kemudian dibunuh oleh salah seorang pekerja di rumahnya. Fenomena pemerkosaan dan kekerasan seksual memang tidak akan cukup jika diuraikan dalam lembar tulisan ini, mulai dari kasus serupa yang dialami bayi usia 9 bulan hingga nenek berumur 80 tahun. Continue reading “Femicide: Masihkah Perjuangan Perempuan Berharap pada “Kebaikan” Negara?”

Feminisme Melawan Patriarkat dan Patriot

oleh Bima Satria Putra

Paling tidak sejak Perang Vietnam, sudah lama rasanya gerakan perempuan secara global tidak tampak anti-patriotik seperti hari ini. Sepanjang bulan Juli ini saja, peran gerakan perempuan dalam penghapusan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) di Amerika sangat besar. Para aktivis perempuan hadir dalam berbagai protes menentang deportasi, menolak pembangunan tembok perbatasan Trump, terlibat dalam berbagai pertempuran jalanan bersama anarkis dan anti-otoritarian lain dalam melawan ultra-kanan, memprotes Islamofobia, serta melakukan aksi langsung di banyak tempat publik, khususnya pendudukan kantor-kantor ICE di berbagai kota besar di perbatasan Amerika-Mexico. Continue reading “Feminisme Melawan Patriarkat dan Patriot”