Seruan FML untuk Aksi Langsung Kekerasan

Dalam Women’s March 2018 di Salatiga, Federasi Mahasiswa Libertarian (FML) menyerukan digunakannya aksi langsung kekerasan terhadap segala macam bentuk represi seksual di Indonesia. Hal ini merupakan respon atas RKUHP yang dinilai akan merugikan kelompok perempuan dan kelompok gender termarjinalkan lainnya. Selain itu, seruan ini juga merupakan respon atas kebangkitan kelompok ultra-nasionalis dan fundamentalis Islam yang menjadi polisi moral atas segala kegiatan seksual, juga bentuk otonomi dan solidaritas terhadap penanganan kasus-kasus kekerasan seksual di luar campur tangan hukum dan kepolisian.

FML’s call for direct violence
In Women’s March 2018 in Salatiga, the Libertarian Student Federation (FML) called for the direct use of violence against all forms of sexual repression in Indonesia. This is a response to the RKUHP which is considered to be detrimental to the women’s group and other marginalized gender groups. In addition, this call is also a response to the rise of ultra-nationalist and Islamic fundamentalists who became the moral police for all sexual activities, as well as a form of autonomy and solidarity with regard to the handling of cases of sexual violence outside the intervention of law and police.

Kuasa dan Birahi

oleh Bima Satria Putra

Waktu baca: 25 menit.

Bagian I

Sebuah ajaran dari perkumpulan radikal pernah tersebar menghantui kekuasaan tuan tanah dan gereja pada abad pertengahan. Salah satu hal yang menjadi ciri khas dari perkumpulan ini adalah kebiasaan mereka memakai pakaian lusuh, atau terkadang malah bertelanjang, sebab menurut mereka, seseorang seharusnya tak perlu malu terhadap sesuatu yang alami. Mereka mengatakan bahwa, “orang yang bebas berhak melakukan apapun untuk menyenangkan mereka. Aku berasal dari kemerdekaan yang alami, dan apa yang dinginkan oleh kealamianku harus kupuaskan… seks adalah berkah dari surga; dan berkah dari surga tidak akan menjadi dosa.[1]” Mereka menyebut ajarannya jiwa bebas (free spirit). Continue reading “Kuasa dan Birahi”

Tragedi Emansipasi Perempuan

oleh Emma Goldman

Saya mulai dengan sebuah pengakuan: terlepas dari semua teori politik dan ekonomi, mengobati perbedaan mendasar antara berbagai kelompok dalam umat manusia, terlepas dari perbedaan kelas dan ras, terlepas dari semua garis batas buatan antara hak perempuan dan hak laki-laki, saya percaya bahwa ada titik dimana perbedaan ini dapat bertemu dan tumbuh menjadi satu kesatuan yang sempurna.

Dengan ini saya tidak bermaksud untuk mengusulkan perjanjian damai. Antagonisme sosial umum yang telah mengakar dalam seluruh kehidupan masyarakat kita hari ini, dibawa melalui kekuatan lawan dan kepentingan yang bertentangan, akan hancur berkeping-keping saat reorganisasi kehidupan sosial kita berdasarkan prinsip-prinsip keadilan ekonomi telah menjadi kenyataan. Continue reading “Tragedi Emansipasi Perempuan”