Asing di Rumah Sendiri: Anarkisme, Feminisme & Masyarakat Adat

oleh Jason Michael Adam[1]

Ketika Gerakan Indian Amerika (AIM) mulai bersatu di akhir 1960-an, tujuan utama dari kelompok swa-organisasi adalah perlindungan orang-orang Indian di perkotaan dari pelanggaran Hak Sipil di tangan polisi, pengadilan dan sistem penjara. Namun, dalam beberapa tahun, AIM dan kelompok afiliasinya dapat mengklaim telah mempengaruhi sejumlah keberhasilan yang jauh lebih besar, termasuk berakhirnya Termination Act,[2] dan adopsi resmi kebijakan penentuan nasib sendiri oleh pemerintah AS, yang dengan demikian mengirimkan gaung secara internasional, menunjukkan bahwa negara-negara koloni tidak dapat lagi secara sederhana menentukan kebijakan tanpa berkonsultasi dengan masyarakat adat sendiri dan memasuki perundingan pemerintah-ke-pemerintah. Apa yang paling memancing rasa ingin tahu tentang pergantian dramatis ini, adalah bagaimana secara radikal ruang yang mana ia berasal dari berbagai jenis klise psikis yang masih secara rutin dimasukkan ke dalam ilmu pengetahuan sosial, khususnya Hubungan Internasional (HI).[3] Meskipun masyarakat adat umumnya terwakili dalam kerja seperti itu sebagai lingkungan pedesaan, yang parokial, ‘di luar jalan’ (yang oleh karenanya tidak relevan dengan politik global), apa yang diabaikan dari gambaran macam itu bukan hanya bahwa pada hari ini sebagian besar penduduk asli Amerika tinggal di lingkungan perkotaan -dan bahwa sebagian besar dari 3 juta orang ini telah memiliki beberapa generasi- tetapi juga bahwa seluruh organisasi modern Biro Kebijakan Indian (BIA) di Amerika Serikat mulai tidak tinggal pada tempat reservasi, tetapi di tempat yang Max Weber gambarkan sebagai situs “menetap bersama antar suku-suku”, ruang di mana “Hubungan Internasional” paling sering terjadi: kota. Continue reading “Asing di Rumah Sendiri: Anarkisme, Feminisme & Masyarakat Adat”

Lucy Gonzales Parsons

oleh Dwi Nur Akbar

Menantang seksisme pada masanya, Lucy Parson binti Waller, istri salah seorang martir Haymarket, Albert Parsons, adalah salah satu perempuan paling berpengaruh dalam gerakan anarkis maupun buruh Amerika Serikat (AS) di abad ke-19.

Sayangnya, sebagaimana kita tahu, Lucy Parsons yang seorang aktivis afro-amerika pertama dan yang paling penting bagi gerakan kiri AS itu, dokumentasi historis tentang dirinya amatlah minim dijumpai. Sumber yang kredensial barangkali tidak sekaya dan sebanyak bahasan tentang Emma Goldman atau Rosa Luxemburg. Namun bukan berarti sumbangsih dan legasi Lucy kalah penting. Continue reading “Lucy Gonzales Parsons”

Perempuan Merdeka (Mujeres Libres) Spanyol

Waktu baca: 20 menit.

Kondisi mayoritas masyarakat Spanyol diantara tahun 1920’an sampai dengan 1930’an cukup memprihatinkan. Khususnya bagi kaum perempuan, pada masa-masa ini di Spanyol terjadi pembagian gender yang cukup ekstrim. Secara ekonomi kaum perempuan sangat bergantung pada laki-laki, kerja-kerja rumah tangga serta kewajiban untuk mengurus anak menjadi tugas khusus kaum perempuan. Di kota dan di desa upah perempuan lebih rendah dari laki-laki. Sebagai contoh gaji rata-rata perhari pekerja laki-laki dari pagi hingga sore adalah 5 pesetas dan pekerja perempuan hanya setengahnya. Continue reading “Perempuan Merdeka (Mujeres Libres) Spanyol”

Anarki dan Mengasuh Anak

Ketika kita berpikir tentang “kesucian rumah”, sebagaimana banyak teks agama dan pidato politik menyebutnya, pemerintah secara keseluruhan biasanya adalah apa yang sejauh mungkin kita hindari dari apa yang ingin kita cintai dan lindungi. Namun, banyak orang tua yang akan membuktikan pernyataan bahwa pandangan politik mereka mempengaruhi pola asuh mereka, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup besar antara model pengasuhan orang tua yang mengidentifikasi diri sebagai konservatif atau liberal. Continue reading “Anarki dan Mengasuh Anak”