Perempuan Merdeka (Mujeres Libres) Spanyol

Waktu baca: 20 menit.

Kondisi mayoritas masyarakat Spanyol diantara tahun 1920’an sampai dengan 1930’an cukup memprihatinkan. Khususnya bagi kaum perempuan, pada masa-masa ini di Spanyol terjadi pembagian gender yang cukup ekstrim. Secara ekonomi kaum perempuan sangat bergantung pada laki-laki, kerja-kerja rumah tangga serta kewajiban untuk mengurus anak menjadi tugas khusus kaum perempuan. Di kota dan di desa upah perempuan lebih rendah dari laki-laki. Sebagai contoh gaji rata-rata perhari pekerja laki-laki dari pagi hingga sore adalah 5 pesetas dan pekerja perempuan hanya setengahnya.

Keduanya menjalankan kehidupan yang terpisah. Lingkaran sosial perempuan hanya berputar di sekitar kaum perempuan lainnya: anggota keluarga, tetangga, rekan kerja, atau orang-orang yang mereka temui di pasar. Sementara kaum laki-laki, juga hanya berada di sekitar dunia laki-lakinya yang lebih dominan, seperti di pabrik, pertemuan serikat pekerja, hingga di bar-bar lokal.

Kebebasan personal perempuan sangat dibatasi. Perempuan yang belum menikah tidak dapat berjalan di tempat umum tanpa seorang teman ataupun pengawal, kebanyakan perempuan malah seringkali dinikahkan dengan sistem penjodohan.

Oleh karena peranan tradisional yang dijalankan kebanyakan perempuan Spanyol dan sedikitnya jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah, jumlah perempuan yang terlibat di dalam serikat maupun gerakan politikpun menjadi sangat minim. Meskipun CNT secara terbuka mengklaim organisasi mereka sebagai egalitarian, namun di dalam prakteknya CNT gagal menarik kebanyakan perempuan untuk bergabung, hal ini di sebabkan karena cukup jarangnya isu perempuan yang didiskusikan.

Untuk merespons situasi perempuan yang cukup mendesak, dua tahun sebelum terjadinya revolusi 1936, dua kelompok anarkis yang beranggotakan perempuan di Barcelona dan Madrid mulai melakukan pengorganisiran. Sebagai perencanaan sebelum revolusi, kedua kelompok ini membangun sebuah jaringan aktifis perempuan yang kemudian di namakan ‘Mujeres Libres’ (perempuan merdeka).

Kudeta militer terjadi pada tanggal 17 juli tahun 1936 menjadi boomerang yang makin mempercepat revolusi sosial yang tengah dinanti-nanti. Organisasi-organisasi anarkis telah lebih dulu menyadari akan terjadinya pemberontakan dari pihak militer. Minggu-minggu sebelum terjadinya kudeta, sebagian besar aktifis CNT tidur di sekretariat mereka untuk dapat mempersiapkan diri. Begitu kudeta terjadi, masyarakat merebut jalanan dan merampas gudang-gudang persenjataan pemerintah. Pada hari-hari pertama setelah kudeta militer terjadi, sejumlah besar perempuan bahu-membahu membangun barikade-barikade dan di setiap barrios (ke-tetangga-an) mereka menjalankan tugas untuk memenuhi kebutuhan makanan tiap di tempat-tempat tersebut.

“Hal terpenting yang dilakukan oleh para perempuan – selain, aksi kepahlawan yang mereka lakukan bersama laki-laki- adalah memanjat atap rumah dengan membawa pengeras suara dan secarik kertas, kemudian berteriak kepada para tentara untuk melepaskan seragam mereka dan bergabung dengan masyarakat.”

Kudeta militer di Barcelona berhasil dilumpuhkan juga di daerah-daerah Spanyol dimana para anarkis memiliki pengaruh yang kuat. Dengan segera, milisi-milisi pekerja diorganisir dan disebar di setiap garis depan perjuangan melawan fasisme. Para perempuan bertempur bahu membahu bersama laki-laki di garis depan hingga pada bulan November 1936 pemerintahan republik ‘memiliterkan’ milisi dan menarik semua perempuan dari garis depan pertempuran.

Perempuan-Perempuan yang Berada di Kolektif

Segera setelah gagalnya kudeta, kolektif-kolektif yang berbasis pertanian maupun industri yang dikendalikan oleh kaum anti-fasis mekar di seantero Spanyol. Kolektif-kolektif tersebut sangat terpengaruh oleh ide-ide serikat pekerja anarkis, CNT, yang beranggotakan sekitar lima juta orang. Pada bulan-bulan pertama para aktifis CNT maupun FAI berkunjung ke desa-desa untuk memberdayakan pengkolektifan yang akan dilakukan oleh masyarakat lokal. Sebagaimana Soledad Estorach, salah satu aktifis yang terlibat, berkata:

ketika kami pergi ke sebuah desa, kami mendatangi komite temporer desa tersebut dan mengajak seluruh warga desa untuk mengadakan pertemuan. Kami akan menjelaskan surga kami dengan penuh antusias.. dan akan ada sebuah debat -ala campesino- pertanyaan, diskusi, dan sebagainya. Di hari berikutnya mereka mulai merebut tanah-tanah dan memanfaatkannya, kemudian membagi kerja-kerja.

Kolektif-kolektif ini, secara garis besar, meraih kesuksesan dan kondisi-kondisi kehidupan dari mereka yang berpartisipasi di dalamnya membaik secara dramatis. Namun di kolektif-kolektif daerah pedesaan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada pembagian kerja secara jenis kelamin yang masih tradisionil. Meskipun perempuan yang belum menikah bekerja di luar lingkungan rumah tangga, biasanya di dalam tempat kerja-tempat kolektif atau pada cabang distribusi kooperatif, perempuan yang telah menikah masih di bebani tanggung jawab untuk merawat anak-anak. Tugas-tugas domestik masih menjadi rutinitas perempuan.

Beberapa kolektif (seperti Monzon dan Miramel) memang membayar gaji pekerja perempuan dan laki-laki menurut tingkat kerja yang telah mereka lakukan, namun secara garis besar kerja-kerja yang dilakukan oleh perempuan masih di bawah rata-rata. Seringkali upah yang diterima oleh perempuan lebih sedikit dari laki-laki. Beberapa kolektif membayar upah keluarga, dan upah ini di berikan kepada laki-laki yang dianggap sebagai kepala rumah tangga.

Sementara itu di daerah kota para perempuan kebanyakan bekerja di industri tekstil, dan proporsinya semakin meningkat. Banyak perempuan tidak lagi melakukan ‘kerja rumah tangga’ seperti biasanya. Peran kerja ini telah di hapuskan selama revolusi dan kaum perempuan banyak yang membanjiri kerja-kerja pabrik yang telah di kolektifkan. Sebagai contoh, di Madrid dan Barcelona kebanyakan kaum perempuan menjalankan sistem transportasi. Pergerakan menuju kerja-kerja pabrik dimaksudkan untuk memperbaiki waktu kerja dan upah bagi perempuan.

Meskipun begitu seringkali masih terjadi perbedaan upah yang terus berlanjut antara laki-laki dan perempuan. Sama seperti sekarang ini, perempuan mempunyai peranan kerja di luar dan di dalam rumah, sehabis pulang kerja mereka masih harus merawat anak-anak mereka dan mengerjakan tugas rumah. Situasi ini merupakan penyebab susahnya kaum perempuan untuk dapat berpartisipasi di dalam pertemuan serikat dan menyebabkan mereka hanya memiiliki pengaruh yang minim, isu-isu yang menyangkut kaum perempuanpun seringkali tidak diprioritaskan.

Namun kejadian-kejadian diatas tidak terjadi dibeberapa daerah dimana pengaruh gerakan perempuan di dalam serikat (seperti pekerja tekstil CNT di Terrassa) cukup kuat. Di daerah-daerah seperti ini kaum perempuan cukup berhasil dalam mempengaruhi serikat membayar kerja perempuan secara setara dan menghapuskan ‘kewajiban maternitas.’

Mujeres Libres

Pada masa-masa ini banyak orang cukup prihatin dengan permasalahan yang masih terjadi pada kaum perempuan. Di bulan September 1936 sebuah organisasi perempuan anarkis dibentuk, selama dua tahun eksistensinya, jumlah partisipannya mencapai 30.000 perempuan.

Mujeres Libres mempunyai dua strategi. Pertamanya adalah apa yang disebut “capacitation” yang di tujukan sebagai penyadaran bagi kaum perempuan agar mereka dapat menyadari potensi mereka dan dapat berpartisipasi secara setara di dalam sebuah masyarakat baru yang sedang di bangun. Strategi keduanya adalah “captacion” –yang dimaksudkan untuk melibatkan perempuan di dalam gerakan anarkis.

Mujeres Libres dari awalnya mengkontribusikan usaha yang menakjubkan untuk melibatkan banyak perempuan di dalam aktifitas serikat. Kebanyakan perempuan memiliki halangan yang sama ketika mereka di ajak untuk mengikuti pertemuan serikat pekerja, kebanyakan dari mereka harus merawat anak. Jadi salah satu kegiatan Mujeres Libres adalah membangun “pelayanan pengasuhan anak yang berpindah-pindah,” yang diperuntukan bagi para perempuan yang tertarik bergabung di dalam serikat.

Pendidikan merupakan bagian terpenting yang telah di lakukan oleh Mujeres Libres. Mereka berkeinginan untuk menghapuskan buta huruf yang tersebar di seluruh Spanyol pada saat itu. Mereka membangun Casa de la Dona yang melibatkan 600 sampai 800 perempuan perharinya di bulan Desember 1938. Kursus-kursusnya meliputi belajar membaca, menulis, matematika sampai pada kelas-kelas professional seperti mekanik, pertanian, juga kelas-kelas untuk mengenal organisasi serikat, sosiologi, dan ilmu ekonomi.

Mujeres Libres percaya bahwa peningkatan edukasi dan kesadaran akan memberdayakan “perempuan untuk membebaskan diri mereka dari perbudakan tiga arah”, yaitu: perbudakan mereka dari ketidaktahuan, perbudakan mereka sebagai perempuan, dan perbudakan mereka sebagai pekerja. Untuk mempersiapkan mereka pada sebuah tatanan sosial baru. Kegiatan ini dipercayai akan membawa perempuan untuk mengambil peranan aktif di dalam revolusi kemudian membantu untuk memenangkan perang.

Mujeres Libres bekerja sama dengan serikat-serikat pekerja dalam menjalankan beberapa bidang ketenagakerjaan dan program magang untuk memfasilitasi akses perempuan di dalam tempat kerja. Demikian juga di dalam pelatihan teknik mereka menekankan perjuangan kesetaraan yang sepenuhnya di tempat kerja.

Di dalam usaha untuk menyampaikan pesan mereka, Mujeres Libres memiliki majalah yang di buat sendiri dan mereka juga menerbitkan beberapa artikel di terbitan-terbitan libertarian. Anggota-anggota organisasi mengunjungi daerah pedesaan untuk mengadakan propaganda keliling dan berbicara dengan kaum perempuan juga untuk membantu memperkuat kolektif-kolektif di pedesaan. Pepita Carpena berbagi pengalamannya ketika berada di sana:

kami akan memanggil para perempuan dan menjelaskan mereka…bahwa ada sebuah peranan yang jelas untuk perempuan, bahwa perempuan tidak seharusnya melepaskan kemandirian mereka, bahwa perempuan bisa menjadi seorang ibu juga seorang ‘companera’ di saat yang bersamaan… seorang perempuan muda mendatangiku dan berkata, “ini sungguh menarik. Kami belum pernah mendengar kata-kata yang kamu bicarakan tadi. Kata-kata yang telah kami rasakan, namun kami tak mengetahuinya”…ide-ide yang mereka bicarakan paling sering? Adalah pembicaraan mengenai kekuasaan yang dipraktekkan laki-laki atas perempuan.. kegaduhan langsung terdengar seketika kamu berbicara, “kita jangan sampai membiarkan laki-laki berpikir bahwa mereka lebih unggul dari perempuan, bahwa kaum laki-laki memiliki hak untuk mengendalikan perempuan.” Menurutku perempuan Spanyol sudah menunggu panggilan semacam ini sejak lama.

Cukup penting untuk mempertimbangkan konteks Spanyol di tahun 1930’an secara menyeluruh agar dapat memahami pencapaian Mujeres Libres selama revolusi sosial. Sebagaimana ketika mereka harus berjuang melawan pengkondisian sosial mereka, mereka juga harus melawan asumsi mengenai peranan perempuan yang tradisionil. Banyak artikel yang ditulis di koran-koran dan majalah anarkis berisi keluhan perihal bagaimana kawan-kawan seperjuangan laki-laki, tanpa membawa embel-embel kepercayaan politis mereka, masih memainkan peran ‘tuan’ di dalam rumah mereka sendiri dan berusaha menjaga pandangan mengenai peranan perempuan yang tradisional di dalam masyarakat.

Para companeros ini, seradikal apapun mereka di kafe-kafe, di serikat, bahkan di dalam kelompok affinitas, rupanya melupakan ide-ide mereka yang mendukung pembebasan perempuan seketika mereka berada di rumah.” Di dalam konteks publik gerakan libertarian kaum perempuan seringkali tidak diakui dan tidak dihargai.

Untuk permasalahan semacam ini Mujeres Libres menekankan otonomi organisasional. Mereka percaya bahwa perempuan butuh sebuah organisasi yang terpisah untuk memfokuskan isu-isu yang lebih mengangkat masalah kaum perempuan. Mereka berpendapat bahwa hanya melalui aksi langsung dari diri mereka sendiri kaum perempuan dapat lebih percaya diri dan berkemampuan untuk berpartisipasi secara setara di dalam pergerakan anarkis.

Meskipun begitu Mujeres Libres tidak memisahkan perjuangan emansipasi perempuan dengan perjuangan kelas. Mereka menolak feminisme mainstream yang ambisinya “hanya untuk memberi akses lebih luas pada kaum perempuan golongan kelas tertentu untuk dapat berpartisipasi lebih penuh di dalam sistem privilese.” Mereka bahkan mendasari subordinasi perempuan sebagai hasil dari sebuah sistem hirarki yang lebih besar.

Revolusi menyebabkan perubahan-perubahan sosial yang dramatis. Cita-cita lama, asumsi-asumsi serta cara dalam berperilaku mulai dipertanyakan kembali. Mujeres Libres memang merupakan sebuah organisasi vital yang mengangkat isu yang belum pernah diangkat oleh organisasi-organisasi kiri lainnya pada saat itu. Revolusi sosial di capai oleh masyarakat, sebagaimana para perempuan di dalam Mujeres Libres, yang mendorong lebih jauh perubahan-perubahan radikal di dalam sebuah masyarakat yang demikian konservatif.

Nasib dari Mujeres Libres terikat dengan nasib dari keseluruhan revolusi sosial. Ketika pemerintahan republik, termasuk kepemimpinan CNT, mengkonsentrasikan diri pada ‘front popular’ melawan fasis Franco, revolusi sosial dan perubahan yang di ciptakan oleh Mujeres Libres mulai dikesampingkan. Tidak ada usaha apapun mengatasi golongan ‘anti-fasis’ dari kelas penguasa maupun untuk mengantagoniskan ‘demokrasi barat.’ Perang yang terjadi bukan untuk Spanyol yang baru, namun hanya untuk penguasa-penguasa parlementer yang akan menggantikan penguasa militer. Ketika ini terjadi revolusi pun ikut mati, dan perang melawan Franco di kalahkan.

Ketika kaum republikan datang, banyak orang berbondong-bondong membongkar penjara dan membebaskan semua tahanan, dan aku juga ikut serta di dalam kejadian tersebut. Ada seorang laki-laki berteriak “persetan dengan tentara sipil”, “ persetan dengan politik” dan teriakan-teriakan serupa. Lalu aku berkata pada diriku sendiri “aha, dia seorang anarkis.” Ini merupakan pengalaman pertamaku berhadapan dengan seorang anarkis -dan dia tidak terlihat seperti seseorang yang bejat. Paras wajahnya mencerminkan kebaikan.” (Soledad Estorach)

Semua perempuan yang membangun organisasi Mujeres Libres aktif di dalam gerakan anarkis, entah itu di CNT ataupun FIJL, bagaimanapun, sebagai perempuan, mereka merupakan minoritas dan menemukan kesulitan ketika mengundang para perempuan untuk terlibat langsung di dalam aktifitas, hal ini bisa di sebabkan oleh seksisme dari kaum laki-laki maupun keengganan dari perempuan itu sendiri, atau malah kombinasi dari keduanya. Mereka mengeluh pada sikap teman-teman laki-laki anarkis mereka yang memperlakukan perempuan selayaknya ketika mereka berada di rumah atau bahkan malah menganggap remeh mereka di ruang-ruang publik. Para perempuan yang datang untuk mengikuti pertemuan seringkali terlebih dahulu di tertawai sebelum mereka berbicara sepatah kata pun.

Azecena Fernandez Barba tumbuh dengan dua orang tua yang sama-sama memiliki komitmen kepada pergerakan. Dia, bersama saudari perempuan dan saudara laki-lakinya membantu pembentukan Sol y Vida di Barcelona, namun dia mengomentari para laki-laki anarkis yang dia kenal sebagai berikut;

Mereka berjuang, mereka pergi mogok, dan sebagainya. Namun di dalam rumah, mereka lebih buruk dari siapapun. Aku pikir kita harus berkaca pada hidup kita sendiri, hidup secara berbeda sebagaimana yang kita inginkan. Namun tidak. (bagi mereka), perjuangan, hanya ada di luar rumah. Di dalam rumah (keinginan kita) semuanya murni utopia.

Perilaku seperti ini merefleksikan variasi pandangan-pandangan terhadap perempuan yang eksis di Spanyol, dari pandangan Proudhon yang seksis sampai Bakunin yang menekankan kesetaraan perempuan di setiap institusi sosial.

Bagaimana Mujeres Libres Dimulai

Dua kelompok di bentuk secara independen, satu di Barcelona dan satunya lagi di Madrid untuk membuat jurnal bagi Mujeres Libres. Cetakan pertama terbit di bulan mei 1936. Dua grup tersebut memiliki fokus yang berbeda, grup di Barcelona menginginkan aktifisme yang lebih luas dari perempuan yang telah terlibat di CNT, dimana Mujeres Libres ingin membuat penyadaran yang luas di kalangan perempuan secara menyeluruh.

Grup di Barcelona ini¸ menyadari kepentingan bersama mereka dan berafiliasi di bawah nama Agrupacion Mujeres Libres.

Kerja-kerja awal mereka adalah sebuah kombinasi dari penyebaran kesadaran dan aksi langsung. Mereka membangun jaringan anarkis perempuan untuk menciptakan dukungan yang mutual. Mereka membuat pertemuan satu sama lain, mengecek reportase perilaku seksis dan membicarakan strategi untuk mengatasinya.

Mereka membangun ‘pelayanan pengasuhan anak yang berpindah-pindah’ agar memungkinkan semakin banyaknya perempuan untuk terlibat di dalam aktifitas-aktifitas serikat.

Sebagaimana yang dikatakan Soledad: “ketika kami datang kesana, kami akan melakukan propaganda. Kami akan berbicara pada mereka mengenai ‘komunisme libertarian’ dan subyek-subyek lainnya. Sungguh kasihan, mereka akan berada di pertemuan dan pulang untuk di cerahami oleh kita! Kadang-kadang suami mereka pulang ke rumah dan bergabung dengan diskusi.

Artikel-Artikel Macam Apa Yang di Hasilkan oleh Jurnal Mujeres Libres

Secara inisial Jurnal mereka tidak mengidentifikasikan diri sebagai anarkis, meski semua artikel yang berisi di dalamnya sangat libertarian, ini disebabkan oleh alasan mereka tidak mau mengalienasikan perempuan hanya karena label-label semacam ini. Namun setelah revolusi Jurnal ini berkolaborasi dengan CNT. Jurnal ini kemudian didistribusi dan diiklankan melalui jaringan-jaringan anarkis. Mereka agak kebingungan dengan terbitan-terbitan anarkis, ada banyaknya laki-laki anarkis yang ingin membantu distribusi sampai menawarkan penulisan artikel. Namun setelah itu mereka mulai menolaknya pelan-pelan, karena mereka pikir, sesuatu mengenai perempuan harus menjadi tugas perempuan untuk menulisnya.

Mereka mengorganisir perempuan-perempuan untuk melaporkan kenyataan kerja yang sedang mereka alami dan lakukan. Melaporkan soal-soal pemogokan sampai pekerjaan mereka sebagai pekerja pertanian. Pembangkitan kesadaran sangatlah penting, di setiap isu ada sebuah artikel mengenai perempuan-perempuan tertentu, mereka juga mengkontribusikan kolom di majalah-majalah anarkis lainnya.

Sejumlah tulisan yang mereka buat merupakan komentar-komentar politis yang terbuka: sebuah surat dari Emma Goldman menjelaskan keterbukaan dari ide-ide anarkis pekerja Welsh, sebuah kritik pada persatuan bangsa-bangsa dan asosiasi pekerja internasional untuk mengambil tindakan yang efektif terhadap invasi Italia ke Abyssinia dan sebuah analisis mengenai hukum yang mendiskriminasi perempuan.

Sebagai ekstra Jurnal juga menerbitkan artikel-artikel yang membahas permasalahan kultural dan pendidikan, ada sebuah review Modern Times karya Charlie Chaplin dan essay mengenai makna dari olah raga maupun ulasan kehidupan pekerja-pekerja pertanian.

Ada juga artikel-artikel yang biasanya nongol di majalah-majalah perempuan manapun, dari masalah perawatan anak sampai fashion.

Federica Montseny, seorang intelektual anarkis perempuan Spanyol.

Apa yang Mereka Percayai?

Mujeres Libres menolak dua pandangan feminisme, yang menurut mereka memperjuangkan kesetaraan perempuan di dalam sebuah sistem kapitalisme, juga kedudukan tidak setara perempuan di dalam gerakan libertarian.

kami tidak akan pernah dan tidak akan menjadi feminis. Kami bukannya ingin melawan laki-laki. Kami tidak ingin mengganti hirarki laki-laki dengan hirarki perempuan. Sangatlah penting untuk bekerja dan berjuang bersama, karena apabila tidak, kita tidak akan bisa mencapai revolusi sosial. Namun kami juga memandang penting pembuatan organisasi yang akan memperjuangkan diri kami sendiri.

Kami cukup waspada dengan tawaran-tawaran yang diajukan oleh organisasi-organisasi feminis maupun partai politik. Kami tidak akan mengikuti kedua bentuk organisasi semacam itu. Kita tidak bisa memisahkan permasalahan yang dihadapi perempuan dengan permasalahan sosial, tapi ini juga bukan sebuah alasan untuk menjadikan perempuan hanya menjadi instrumen bagi organisasi manapun, walau itu organisasi libertarian sekalipun.

Keinginan yang menjadi basis dari aktifitas kami ini sebenarnya lebih luas: untuk menjalankan sebuah doktrin, bukannya partai, untuk memberdayakan para perempuan agar mereka menjadi individu-individu yang berkemampuan untuk mengkontribusikan penciptaan dari masyarakat yang baru; yaitu para individu yang sudah dapat berdiri diatas kakinya sendiri, bukannya yang secara buta mengikuti keinginan organisasi.

Kerja-Kerja Macam Apa yang Dilakukan oleh Mujeres Libres

Mujeres Libres mempunyai dua strategi inti, yaitu ‘capacitacion’ atau persiapan dan ‘captacion’ atau partisipasi.

Mereka menyuplai makanan pada pasukan milisi, dan mempersiapkan tempat untuk makan bersama. Mereka berkunjung ke seluruh Catalonia dan Aragon untuk membantu pembangunan kolektif-kolektif rural. Banyak perempuan pergi ditemani perwakilan dari CNT dan FAI dengan membawa pengeras suara untuk mengajak para petani bergabung. Yang lain mengorganisir konvoi-konvoi makanan dan suplai untuk dikirim ke Madrid.

Mereka juga membuat program literasi, kelas-kelas yang memiliki orientasi tertentu, studi-studi sosial sampai institusi. Diantara 600 sampai 800 perempuan mendatangi kelas-kelas setiap harinya di Barcelona pada bulan desember 1938. Kerja-kerja propaganda dilakukan melalui radio, perpustakaan berjalan maupun tur khusus.

Ketika melakukan kerjasama dengan serikat mereka melakukan program-program magang.

Mereka mengorganisir dukungan pada tentara-tentara perempuan dengan membuat kelas-kelas pelatihan menembak pada mereka.

Mereka membangun sebuah sekolah untuk perawat dan sebuah klinik medis gawat darurat untuk mengobati mereka yang terluka di medan perang. Teresina, meski kekurangan ilmu di dalam bidang medis di angkat sebagai administrator; disini ia berbicara mengenai kebanggaannya pada peranan yang ia kerjakan: “aku ingat beberapa kali ayah datang kepadaku ke klinik untuk meminta tolong, dan aku akan berkata kepadanya, “mohon, disini kita semua setara,” dan mereka membalasku dengan berkata, “nah, kamu benar-benar telah membangun revolusi.” Aku mendapatkan kepuasan dari sini. Karena aku mengatur semuanya tanpa pembelajaran apapun…yang aku tahu, adalah aku di latih disini…dan itu yang bisa aku katakan tentang sesuatu yang aku lakukan untuk revolusi. Sementara aktifitas yang lain, aku melakukan seperti yang lainnya lakukan. Namun ini adalah sesuatu yang benar-benar aku lakukan.

Di Barcelona mereka membangun rumah sakit yang melayani kelahiran dan masalah kandungan untuk perempuan, juga kelas-kelas untuk anak-anak dan kesehatan ibu, kontrol kelahiran, dan seksualitas. Sebuah institut yang menanggulangi masalah keibuan dan perawatan anak di namai dengan nama seorang anarkis perempuan Perancis, Louise Michel. Institut ini didirikan di Barcelona pada bulan Februari 1938.

Apa Reaksi dari Gerakan Anarkis?

Di tahun 1937 mereka mengunjungi Valencia agar diikutsertakan dan mereka di suruh pergi dan mengorganisir diri. Akibat dari ini, sebuah konferensi nasional di bulan agustus 1937 diadakan, dan melalui ini sebuah struktur federasi dari Mujeres Libres dibangun. Mereka memutuskan untuk tidak bergantung pada pengakuan status sebagaimana mereka tidak menginginkan adanya kompromi mengenai urusan otonomi dari Mujeres Libres.

Mujeres Libres bisa saja bergabung dan menjadikan dirinya bagian dari gerakan serikat yang mengatasi masalah-masalah feminin, dengan mengubah para perempuan menjadi wadah bagi anarko-sindikalisme. Mujeres Libres juga bisa menggabungkan dirinya dengan FAI dan menjadi cabang perempuan dari organ tersebut. Namun mereka lebih memilih sebuah organisasi yang mandiri.

“Karena kami semua para ‘penggerak utamanya’ adalah anarkis, kami tidak dapat menciptakan sebuah situasi, di dalam organisasi spesifik ini dimana ada individu yang tidak memiliki formasi sosial: sebagaimana kami juga tidak ingin mengubah para individu ini menjadi instrumen buta tanpa mengkontradiksikan prinsip-prinsip anarkis kami.”

Mujeres Libres cukup ngotot untuk memiliki suara di podium-podium, dan ini di setujui. Banyak dari media-media anarkis mendukung dan sangat antusias dengan hal ini. Serikat lokal CNT mendukung mereka dengan berpartisipasi di dalam program-program pembelajaran dan mengizinkan Mujeres Libres berbicara di pabrik-pabrik, membuat seluruh dewan berhenti untuk sementara waktu dan mendengarkan mereka berbicara.

Beberapa kelompok kami akan mengunjungi pabrik-pabrik yang telah dikolektifkan, dan menghentikan aktifitas kerja dalam rentang waktu 15 sampai 20 menit, terkadang bisa sampai sejam, lalu berbicara kepada pekerja, seperti sebuah kelas kecil. Hal ini tentunya kami lakukan dengan persetujuan dari dewan tempat kerja agar kami mendapatkan dukungan dari serikat-serikat. Kami melakukan ini di seluruh Barcelona -di industri perang, tekstil, transportasi, energi cahaya, kayu dan metalurgi – juga di beberapa Pueblo. Pada hari tertentu kami pergi ke lima puluh tempat yang berbeda-beda.

CNT menyediakan makanan, tempat pertemuan, dan dukungan finansial. Namun tidak semuanya berjalan mulus. Kawan-kawan Mujeres Libres seringkali berhadapan dengan sikap seksis dari para laki-laki anarkis dan merasa mereka dianggap remeh dan tidak diberikan uang yang cukup.

FIJL merupakan organisasi rival yang memisahkan diri ketika gerakan pemudanya membentuk cabang gerakan perempuan yang tampaknya mereplikasi kerja yang dilaksanakan oleh Mujeres Libres. Mereka mengklaim merepresentasikan gerakan perempuan muda sementara Mujeres Libres merepresentasikan perempuan dewasa. Mujeres Libres memandang situasi ini sebagai sesuatu yang sia-sia.

Frustasi Mujeres Libres memuncak ketika mereka tidak menerima undangan resmi pada Kongres Gerakan Libertarian di bulan oktober 1938.

Laporan Pura Perez Arcos

Kami berlayar sore hari dari pelabuhan Alicante pada tanggal 7 oktober, dengan sebuah kapal Inggris yang kecil. Grup yang berangkat termasuk orang-orang dari Madrid, Valencia dan dari berbagai tempat di Andalusia. Delegasi Mujeres Libres kami yang sangat kecil sangat terinspirasi dengan harapan-harapan mereka yang besar atas kongres tersebut. Untuk melakukan perjalanan di hari-hari itu sangatlah beresiko, dan kami semua menyadarinya. Pelabuhan-pelabuhan di jatuhi bom tiap malam, dan kami semua adalah penumpang illegal di kapal Inggris yang berlayar berdampingan dengan kapal-kapal Franco. Kami sudah hampir sampai pagi harinya, namun ketika mendekati pelabuhan, seketika kami dapat mendengar ledakan dari bom fasis yang sedang menyerang pelabuhan. Kapten kapal tersebut langsung banting stir menuju utara, dan kami harus berlayar sepanjang hari dan malam, dan akhirnya sampai di Barcelona, tanggal 9 pagi hari dengan kondisi lelah dan lapar. Kami sudah terlebih dahulu senang akan berbicara di kongres mengenai permasalahan-permasalahan Mujeres Libres, namun untuk masuk ke ruang kongres saja kami tidak di izinkan.

Secara kebetulan Emma Goldman juga berusaha ingin masuk pada saat itu. Ketika dia diberikan akses penuh untuk masuk, kongres akhirnya mengizinkan Mujeres Libres masuk pada saat diskusi-diskusi yang akan membicarakan permasalahan mereka.

Mujeres Libres berusaha meraih klaim resmi namun hal ini tidak pernah divotingkan, sebagaimana para delegasi beralasan kalau isu tersebut belum pernah di bicarakan sebelum konferensi, karena itu mereka belum mengkonsultasikannya ke grup mereka dan tidak dapat melakukan voting untuk itu.

Oposisi yang berdatangan kebanyakan menekankan argumen di sekitar permasalahan otonomi:

  1. Bahwa anarkisme tidak mengakui adanya pembedaan seks dan oleh karena itu sebuah organisasi yang memiliki orientasi ke perempuan saja tidak dapat menjadi sebuah organisasi libertarian.

Untuk argumen ini Mujeres Libres merespon:

Determinasi diri kami tidak dapat dioposisikan dari sudut pandang bahwa anarkisme tidak mengakui adanya pembedaan seks, sebab itu sangat perlu untuk melihat bahwa, sampai sekarang, organisasi Libertarian kami tidak mendapatkan klaim tersebut, entah karena pilihan ataukah keharusan, kebanyakan militan-militannya secara eksklusif adalah laki-laki!

  1. Bahwa Mujeres Libres menyebabkan kegaduhan karena ini berhubungan dengan kerja yang di selesaikan oleh serikat-serikat pekerja.
  2. Bahwa Mujeres Libres tidak seharusnya menjadi sebuah organisasi otonomis, bagi mereka Mujeres Libres seharusnya bekerja di dalam serikat-serikat pekerja dan pusat-pusat kultural.

Untuk merespons dua argumen tersebut, Mujeres Libres angkat suara bahwa organisasi mereka bekerja di dalam dan di luar serikat, dan kerja-kerja mereka membutuhkan sebuah pendekatan yang lebih luas dan multiwajah daripada organisasi-organisasi yang ada. Mereka aktif di serikat-serikat yang tidak membela perempuan secara bijak. Mereka berargumen kalau mereka bukanlah organisasi separatis, mereka malah menekankan bahwa perempuan seharusnya bergabung dengan laki-laki di serikat-serikat pekerja.

Namun isu-isu ini belum dapat ditemukan jalan keluarnya, sampai ketika konferensi terakhir yang diadakan sebelum penghujung perang.

Pertama kalinya Mujeres Libres di panggil di sebuah pertemuan libertarian sebagai anggota yang setara dari keluarga Libertarian, sayangnya, juga menjadi kesempatan yang ke terakhir kalinya;

Conchita Guillen:

Dalam hari-hari genting evakuasi di Barcelona (24 Januari, 1939), ketika fasis sudah berada di gerbang, kami dipanggil untuk menghadiri sebuah pertemuan gerakan Libertarian: CNT, FAI, JJLL dan Mujeres Libres. Jacinto Escudero dan aku menghadiri pertemuan itu sebagai delegasi federasi lokal Mujeres Libres. Ini adalah sebuah pertemuan yang cukup penting, karena kita juga berada di dalam sebuah situasi yang krusial: Dimana kami harus mempertahankan, atau meninggalkan (Barcelona)…kami menaruh diri kami sebagai disposisi dari pergerakan; mereka berterima kasih pada kami, namun mengatakan kalau itu akan menjadi pengorbanan yang sia-sia, karena mereka tidak memiliki kekuatan sama sekali, dan seharusnya kita keluar dari Barcelona secepatnya.

Konklusi

Mujeres Libres membuktikan banyak contoh yang hidup dari aspek-aspek penting teori anarkis. Pertama-tama adalah hubungan individual di dalam kolektif, bagaimana kolektif itu bisa kuat ketika individu-individu yang membentuknya juga kuat.

Kedua, pentingnya aksi langsung dan aktifitas mandiri, di dalam membuat revolusi dan mencetak para revolusioner.

Demokrasi langsung lebih sulit dan lebih berantakan dalam pengertian singkatnya, namun lebih sukses dalam jangka panjang karena proses negosiasi, membuat persetujuan dan pengorganisiran komunitas dan individu revolusioner di dalam sebuah cara yang takkan pernah bisa dilakukan dari atas ke bawah.

Ketiga, hubungan antara ide dan aksi. Debat mengenai peranan perempuan di Spanyol, bukanlah sesuatu yang telah tuntas. Namun dilihat sebagai proses yang sedang berjalan. Mujeres Libres bangkit dari pengalaman perjuangan perempuan, dan mereka memperlihatkan pentingnya bagi perempuan untuk belajar melalui pabrik-pabrik, komunitas dan juga di dalam gerakan Libertarian. Dari aksi-aksi ini, ide-ide baru mulai bermekaran.

Tulisan aslinya berjudul “Free Women of Spain” diterjemahkan oleh Reyhard Rumbayan untuk Pustaka Otonomis.